Wednesday, March 5, 2008

Peluk Erat Kesedihan

Kesenangan adalah kesedihan yang terbuka kedoknya
Tawa dan airmata datang dari sumber yang sama
Semakin dalam kesedihan menggoreskan luka ke dalam jiwa
Semakin mampu sang jiwa menampung kebahagiaan

Tidak ada kehidupan yang tidak diwarnai oleh kesedihan.
Diundang maupun tidak, ia akan senantiasa datang.
Banyak kejadian bahkan terbukti, semakin ia dibenci dan ditakuti,
Semakin ia senang dan rajin berkunjung ke diri kita.
Maka, sengsaralah hidup mereka yang membenci kesedihan.

Kesedihan dan kegembiraan adalah dua saudara kembar
yang melakukan kegiatannya secara bergantian.
Keserakahan, atau sebaliknya kekhusukan doa manusia
mana pun tidak akan bisa membuat dua saudara kembar ini berpisah.
Ia seperti dua sayap dari seekor burung.
Dibuangnya salah satu sayap, adalah awal dari celakanya
"burung" kehidupan.

Tanpa kesedihan, jiwa manapun tidak akan memiliki daya tampung
yang besar terhadap kebahagiaan.
Ketika kita bercengkrama dengan kebahagiaan di ruang tamu,
kesedihan sedang menunggu di pembaringan.

Persoalannya adalah, punyakah kita cukup keberanian dan kesabaran
untuk berpelukan mesra dengan kesedihan?
Inilah sebuah kualitas pribadi yang dimiliki oleh sangat sedikit orang.
Untuk menerima kebahagiaan, kita tidak memerlukan terlalu banyak kedewasaan.
Akan tetapi, untuk berpelukan mesra dengan kesedihan,
diperlukan kearifan dan kedewasaan yang mengagumkan...



(Kahlil Gibran)

Sekolah Kehidupan

Hai sobat, maafkan aku yang hanya bisa menatapmu jauh disini. Bukannya aku meninggalkanmu, namun aku tahu kamu bisa menyelesaikan masalahmu dengan bijak. Ya, aku hanya ingin menyampaikan sesuatu kepadamu dan aku yakin kau pun sudah mengetahui dan memahaminya. Benar sobat, tak ubahnya kita mengeyam pendidikan formal disekolah, kehidupan yang kita jalani ini pun sama halnya seperti sebuah sekolah yaitu sekolah kehidupan. Kita harus banyak belajar dari sekolah kehidupan ini, mulai dari belajar bertanya, mengenal dan membaca, dsb. Banyak bab mata pelajaran yang harus kita pelajari namun bukan sekedar mempelajarinya saja tapi kita nanti akan diberi tugas seperti halnya praktik lapang untuk menguji sejauh mana kita memahami sebuah ilmu yang kita sudah kuasai.

Benar, dalam kehidupan kita menerapkan ilmu tentang apa arti sebuah persahabatan, pertemanan, toleransi, budi pekerti, adat istiadat, dlsb. Mungkin bab pelajaran yang paling sebagian orang merasa berat adalah bab yang berbicara tentang duka cita. Bab itu bisa bicara apa saja tapi titik beratnya adalah pemahaman kita mengenai kehendak Tuhan, Iman kita kepada rukun iman yang ke-6. Didalamnya juga pasti berbicara tentang arti kesabaran dan keikhlasan. Inilah sejatinya penerapan ilmu yang sudah kita ketahui. Bukan sekedar kita ketahui saja tapi buktikan dengan apa yang sedang kita jalani dalam kehidupan sehari-hari. Sabar dan ikhlas adalah sebentuk iman kita kepada Allah. Jangan bersedih, karena Allah bersama kita. Seperti halnya sekolah formal yang berjenjang, ujian yang akan dihadapi dalam kehidupan akan semakin berjenjang sesuai dengan taraf kemampuan kita yang sudah Allah takdirkan. Dan pastinya tidak akan melampui batas kemampuan kita. InsyaAllah, semua akan membawa hikmah dan tinggi derajat bila kita mampu melewati ujian Nya. Sesungguhnya orang yang paling mulia disisi Allah adalah karena Takwa. Jagalah ketakwaan mu pada Allah dan jadilah orang yang berserah diri.

Diakhir kalimat ini aku ingin menyampaikan pada mu sobat, yang lalu biarlah berlalu, seperti kayu kepada api yang menjadikannya abu. Tak usaha kau berharap abu menjadi kayu kembali. Perjalanan hidup ini blum usai sampai tarikan napasmu yang terakhir. Tersenyumlah dan ucaplah syukur, karena nikmat Tuhan Mu yang tak pernah bisa kau hitung dan masih bisa kau nikmati hari demi hari. Alhamdulillah, smoga kau sobatku masuk dalam golongan orang-orang yang pandai bersyukur. Amiin allahumma amiin.



Dba'wan

Tuesday, March 4, 2008

The destination

Aku melihatmu jalan sendiri menuju suatu tempat, ternyata akupun mempunyai tujuan yang sama denganmu. Namun saat itu, aku hanya melewatimu saja dan membiarkanmu jalan sendirian. Tapi sesampainya aku disebuah tempat, aku teringat dirimu dan merasa tak tega meninggalkanmu. Kemudian akupun menunggumu.

Melihatku yang menunggumu, dirimu pun merasa bahagia dan kau peluk erat diriku seolah tak mau kau lepaskan kembali. Tak ada kata-kata saat itu dan aku mengerti dan sangat begitu mengerti perasaanmu. Akhirnya kita pergi bersama menuju tempat itu. Sebuah tempat yang aku pun pernah merasa mengenalnya namun kala kecilku dulu. Apapun itu, aku senang pergi bersama denganmu.


Salam,
Dba'wan